Para orang tua yang anaknya menderita
sakit berat seperti Kanker,
selalu bertanya dalam hati, “Apa dosa dan
kesalahanku, sehingga Allah menimpakan ujian ini kepadaku?”
Itu sebuah pertanyaan yang wajar.
Sebagai seorang muslim kita senantiasa dianjurkan untuk banyak beristighfar dan
bermuhasabah (menghisab diri). Sebagai manusia, tentu kita pernah,
bahkan mungkin sering melakukan dosa dan kesalahan. Manusia tempatnya lupa dan dosa, begitu para
bijak bestari berkata. Rasanya aneh sekali ketika ada manusia di dunia ini yang
tidak pernah mengakui kesalahan dan dosanya.
Ujian ini mungkin cara Allah
berkomunikasi langsung dengan kita. Mungkin karena sholat kita selama ini
kurang khusyuk, terburu-buru dan cepat saji. Mungkin selama ini kita tidak
cukup berkontemplasi karena sibuk dengan komputerisasi. Mungkin selama ini kita
kurang memberikan perhatian kepada
anak-anak kita atas dasar sibuk mencari materi. Atau mungkin melalui ujian ini,
Allah menginginkan untuk sementara atau beberapa lama cuti dari rutinitas kita
sehari-hari. Lalu fokus pada ibadah melalui ujian ini. Ujian berupa merawat
anak.
Ada sedikit diantara kita yang
dulunya banyak melakukan dosa. Lalu Allah sedikit menegur, agar kembali
mengingat Nya, kembali ke jalan Nya, kembali bersama Nya. Adapun kebanyakan
kita adalah orang tua biasa. Yang hidup
dengan cara menjemput rezeki melalui pintu-pintu yang halal. Mungkin kita hamba
Allah yang biasa. Ibadah kita mungkin biasa, sedekah kita mungkin biasa,
sholat-sholat kita mungkin juga biasa. Pendeknya kita menjadi manusia biasa. Dalam
bahasa singkat, kita mungkin bukan seorang muslim yang sempurna, namun kita
juga bukan orang yang bersih dari dosa.
Lalu kenapa hukuman ini tidak
ditimpakan kepada para mereka yang hidupnya penuh dengan bercikan dosa, para
tiran yang membunuh demonstran di
Lapangan Rabi’ah Al Adawiyah Mesir sana, para koruptor yang membuat hidup kita
menderita, juga para penipu yang mengambil uang dari dompet kita? Kenapa Allah
memberikan hukuman ini kepada kita, bukan para penjahat-penjahat penentang
perintah titah Tuhan?
Mungkin kita sudah menjadi orang tua
yang baik, tetangga yang baik dan manusia yang baik. Tetapi Allah menginginkan
kita menjadi manusia yang lebih baik, dan lebih baik lagi. Derajat keimanan kita
tidak akan pernah sampai kapan pun menyamai Rasul, Nabi dan para Sahabat. Mengapa
begitu? Karena ujian yang kita terima jauh lebih ringan daripada ujian para
Nabi dan Rasul. Padahal mereka adalah
hamba-hamba terkasih Nya. Mungkin itulah
cara Allah menganggat derajat orang-orang pilihan. Tetapi sesungguhnya ujian
ini memotivasi kita untuk berlari mendekati mereka.
Dalam satu catatan sejarah
Rasulullah, ada peristiwa yang tidak biasa dengan Ahlul Badar. Mereka yang ikut
berperang dengan rasulullah di Badar, sudah pasti dijamin masuk syurga oleh
Allah. Sekalipun selepas pulang dari perang Badar itu, mereka bisa jadi melakukan
dosa dan kesalahan. Tetapi Allah mengampuni mereka tersebab mereka Ahlul Badar.
Itulah salah satu amalan yang selalu membuat cemburu gerenerasi muslimin
sesudahnya. Para Ahlul Badar diberikan kelebihan oleh Allah diatas manusia yang
lainnya.
Lalu kita bertanya, amal baik apa
yang telah kita lakukan di dunia ini? Perbuatan apa yang membuat kita layak
masuk syurga Nya? Para orang tua yang merawat anak-anak penderita Kanker dan
penyakit kronis lainnya telah melewati malam-malam yang melelahkan, tidur yang tidak terpuaskan, harta yang entah berapa
telah kita lepaskan, juga kelelahan yang tidak bisa kita definisikan dengan
kata-kata. Kata lelah sendiri lelah untuk mendefinisikan kata lelah.
Setelah itu semua, dengan tangan tengadah
mari kita berdo’a kepada Nya, “ Ya Allah, ridhoilah amal perbuatan kami. Dan semoga ini semua menjadi amalan terbaik
yang mengantarkan kami ke syurga Mu.” Semoga kesabaran, keihlasan dan amalan
kita menjadi ribuan, jutaan milyaran pahala yang mampu mengetuk pintu syurga
Nya. Allahuma Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar