Jumat, 25 Oktober 2013

Mengetuk Pintu Syuga Nya




Para orang tua yang anaknya menderita sakit berat seperti Kanker, 
selalu bertanya dalam hati, “Apa dosa dan kesalahanku, sehingga Allah menimpakan ujian ini kepadaku?”

Itu sebuah pertanyaan yang wajar. Sebagai seorang muslim kita senantiasa dianjurkan untuk banyak beristighfar dan bermuhasabah (menghisab diri). Sebagai manusia, tentu kita pernah, bahkan mungkin sering melakukan dosa dan kesalahan.  Manusia tempatnya lupa dan dosa, begitu para bijak bestari berkata. Rasanya aneh sekali ketika ada manusia di dunia ini yang tidak pernah mengakui kesalahan dan dosanya.
Ujian ini mungkin cara Allah berkomunikasi langsung dengan kita. Mungkin karena sholat kita selama ini kurang khusyuk, terburu-buru dan cepat saji. Mungkin selama ini kita tidak cukup berkontemplasi karena sibuk dengan komputerisasi. Mungkin selama ini kita kurang memberikan perhatian  kepada anak-anak kita atas dasar sibuk mencari materi. Atau mungkin melalui ujian ini, Allah menginginkan untuk sementara atau beberapa lama cuti dari rutinitas kita sehari-hari. Lalu fokus pada ibadah melalui ujian ini. Ujian berupa merawat anak.

Ada sedikit diantara kita yang dulunya banyak melakukan dosa. Lalu Allah sedikit menegur, agar kembali mengingat Nya, kembali ke jalan Nya, kembali bersama Nya. Adapun kebanyakan kita adalah orang tua biasa. Yang  hidup dengan cara menjemput rezeki melalui pintu-pintu yang halal. Mungkin kita hamba Allah yang biasa. Ibadah kita mungkin biasa, sedekah kita mungkin biasa, sholat-sholat kita mungkin juga biasa. Pendeknya kita menjadi manusia biasa. Dalam bahasa singkat, kita mungkin bukan seorang muslim yang sempurna, namun kita juga bukan orang yang bersih dari dosa.
Lalu kenapa hukuman ini tidak ditimpakan kepada para mereka yang hidupnya penuh dengan bercikan dosa, para tiran yang  membunuh demonstran di Lapangan Rabi’ah Al Adawiyah Mesir sana, para koruptor yang membuat hidup kita menderita, juga para penipu yang mengambil uang dari dompet kita? Kenapa Allah memberikan hukuman ini kepada kita, bukan para penjahat-penjahat penentang perintah titah Tuhan?
Mungkin kita sudah menjadi orang tua yang baik, tetangga yang baik dan manusia yang baik. Tetapi Allah menginginkan kita menjadi manusia yang lebih baik, dan lebih baik lagi. Derajat keimanan kita tidak akan pernah sampai kapan pun menyamai Rasul, Nabi dan para Sahabat. Mengapa begitu? Karena ujian yang kita terima jauh lebih ringan daripada ujian para Nabi dan Rasul.  Padahal mereka adalah hamba-hamba terkasih Nya.  Mungkin itulah cara Allah menganggat derajat orang-orang pilihan. Tetapi sesungguhnya ujian ini memotivasi kita untuk berlari mendekati mereka.

Dalam satu catatan sejarah Rasulullah, ada peristiwa yang tidak biasa dengan Ahlul Badar. Mereka yang ikut berperang dengan rasulullah di Badar, sudah pasti dijamin masuk syurga oleh Allah. Sekalipun selepas pulang dari perang Badar itu, mereka bisa jadi melakukan dosa dan kesalahan. Tetapi Allah mengampuni mereka tersebab mereka Ahlul Badar. Itulah salah satu amalan yang selalu membuat cemburu gerenerasi muslimin sesudahnya. Para Ahlul Badar diberikan kelebihan oleh Allah diatas manusia yang lainnya.
Lalu kita bertanya, amal baik apa yang telah kita lakukan di dunia ini? Perbuatan apa yang membuat kita layak masuk syurga Nya? Para orang tua yang merawat anak-anak penderita Kanker dan penyakit kronis lainnya telah melewati malam-malam yang melelahkan, tidur  yang  tidak terpuaskan, harta yang entah berapa telah kita lepaskan, juga kelelahan yang tidak bisa kita definisikan dengan kata-kata. Kata lelah sendiri lelah untuk mendefinisikan kata  lelah. 
Setelah itu semua, dengan tangan tengadah mari kita berdo’a kepada Nya, “ Ya Allah, ridhoilah amal perbuatan kami.  Dan semoga ini semua menjadi amalan terbaik yang mengantarkan kami ke syurga Mu.” Semoga kesabaran, keihlasan dan amalan kita menjadi ribuan, jutaan milyaran pahala yang mampu mengetuk pintu syurga Nya. Allahuma Amien.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar