Jumat, 11 Oktober 2013

Penyakit Leukemia dan Perjuangan Orang Tua




            Dulu ketika frustasi tersebab besarnya biaya yang harus ditanggung untuk pengobatan Zaim, sempat terlintas dalam pikiranku untuk menjual ginjal. Kenapa harus menjual ginjal? Konon manusia bisa hidup dengan satu ginjal. Alasan tentu saja karena jumlah biaya pengobatan kanker darah (leukemia) yang terbilang aduhai itu. Bahkan sekalipun saat itu aku menjual rumah, mungkin bisa jadi belum cukup.  Bersykur, rencana menjual rumah atau  ginjal itu hanya sampai bab niat alias tidak jadi terealisasi. Allah sudah menyiapkan dana melalui ratusan tangan hamba-hamba Nya. Mereka manusia-manusia biasa seperti manusia kebanyakan. Mereka juga butuh uang, punya masalah dan bisa jadi suka menonton bola. Kelebihannya, Allah membuka hati mereka saat manusia lain tidak dibuka hatinya.
Persoalan frustasi atas beban biaya pengobatan, jelas bukan saya saja yang merasakan.. Banyak orang tua yang merasakan hal yang sama. Seperti apa yang aku rasakan sekalipun dengan jenis penyakit kronis yang berbeda. Dalam benak orang tua tadi, menjual ginjal bisa jadi tidak hanya sampai pada bab niat. Tetapi mungkin sudah terjadi. Ada orang tua yang melakukan segala cara. Demi satu tujuan menyelamatkan anaknya, mengembalikan senyum putranya. Meski untuk itu seorang Ayah mendaki berbagai macam kesulitan. Dunia ini menyediakan berbagai cerita tentang keberanian dan perjuangan seorang Ayah, seorang Ibu diatas jalan cinta. Kita hanya perlu lebih peka terhadap kisah-kisah mereka. 
Salah satu cerita kepahlawanan seorang Ayah adalah John Q. Cerita tentang kepahalawanan untuk anaknya menjadi perhatian bagi public di Chicago, Amerika Serikat. Bermula dari penyakit anaknya yang mengidap pembengkakan jantung. Pihak rumah sakit memberitahu John Q bahwa jika menginginkan putranya sembuh, harus sesegera mungkin mencari pendonor jantung bagi anaknya. Masalahnya menjadi lain ketika John hanya seorang buruh tambang dengan kondisi kehidupan yang bisa dipastikan; hidup pas-pasan, tanpa uang tabungan berarti dan jelas tidak sanggup memiliki asuransi. Maka untuk itu kita sangat terenyuh pada adegan dimana John mengeluarkan barang bernilai dari rumahnya untuk dijual. John dibantu kawan-kawannya sesama buruh yang mengumpulkan uang untuk membantu dirinya.
Sayangnya  semua uang itu tidak cukup bagi pengobatan putranya. Dokter dan pihak rumah sakit tidak mau mengobati putranya sebelum John membayar lunas operasi jantung—Rumah sakit di luar negeri seperti Amerika Serikat, Malaysia atau Singapura menghendaki pasien membayar down payment sebelum berobat. Rumah sakit tidak mau rugi karena orientasinya hanya bisnis. Merasa frustasi dan bingung oleh kondisi, John mengambil cara tidak biasa. Ya, John menyandera petugas rumah sakit termasuk pasien-pasiennya. Cara ini mungkin keliru. Tapi dari situ kita memahami bahwa bukan penyanderaan motif utama John. Melalui CCTV rumah sakit, media dan masyarakat tahu apa yang terjadi. Aksi nekat John justru mendapat dukungan masyarakat. Mereka simpati atas upaya menyelamatkana anaknya. Tidak sedikit pasien yang awalnya disandera oleh John, justru balik bersimpati kepadanya. Film ini memiliki kisah ending bahagia. Pihak rumah sakit akhirnya terpaksa mengoperasi jantung anaknya, sementara John sendiri harus rela menghabiskan sebagian hidupnya di penjara.

Saya tidak tahu apakah film ini berdasarkan kisah nyata atau hanya rekaan. Tetapi menonton film ini kita mampu merasakan dahsyatnya kekuatan cinta seorang Ayah. Dia rela memberikan hidupnya kepada putranya tercinta. Sekalipun John harus masuk penjara karena menyandera petugas rumah sakit, tetapi dalam taksi menuju tempat hukuman, dia gembira. Film yang mengurai air mata namun menghangatkan jiwa ini diperankan dengan sangat emosional oleh Denzel Washington.

Di belahan bumi lainnya, ada orang tua yang tidak kalah inspiratif. Namanya Susan Taylor. Umurnya baru 34. Susan nekatmengarungi samudera dari daratan Inggris pada Ahad pagi waktu setempat, 13 Juli 2013, menuju Prancis. Aksi heroik itu bukan untuk sekedar memuaskan hobi sebagai atlit renang. Tetapi lebih pada upaya penggalangan dana untuk berobat anaknya yang sedang dirawat di Diabetes UK and the Rainbows Children’s Hospice di Loughborough. Sebelumnya, tim pendukung Taylor mengunggah foto-foto perjalanan renangnya di laman Facebook hari itu, Ahad, 13 Juli 2013.
Melalui halaman facebook, tim pendukung Susan Taylor  juga meminta para sahabatnya memberikan pesan dukungan agar  bisa digunakan untuk keperluan penggalangan dana untuk anaknya. Sayangnya aksi heroik Susan Taylor tersebut berakhir tragis. Beberapa mil sebelum memasuki pantai Prancis, dirinya mengalami ‘kondisi serius’ yang berakibat pada kematian. 

Di Arab Saudi sendiri, ada lelaki bernama Ahmed al Fhuaiqi dan istrinya menawarkan ginjal mereka untuk membiayai perawatan anak laki-lakinya yang baru berumur 19 bulan. Para dokter di Pusat Klinik Raja Fahd, Kota Jouf, mengatakan Al Fhuaiqi dan istrinya terpaksa melakukan hal itu lantaran pengobatan penyakit jantung yang diderita putranya tidak dapat dilakukan paramedis setempat. Di Indonesia, ada seorang ayah yang berdiri di Bundaran Indonesia Jakarta menawarkan untuk menjual ginjalnya. Uang penjualan ginjal tersebut rencananya akan dipakai untuk menebus ijazah anaknya. Namun sebelum terealisir, ayah tadi dipanggil oleh Menteri M. Nuh untuk diberikan uang bagi menebus ijazah anaknya.

Pada titik ini, saya sepenuhnya sadar. Setiap momentum yang datang kepada kita, apakah itu kebagiaan atau kemalangan, membuka jalan takdir bernama ladang pahala. Bagi mereka orang tua yang saat ini tengah bertarung mempertahankan nyawa anaknya, ingatlah penderitaan ini tidak lama. Allah tidak akan pernah ingin membenci kita. Allah menyayangi kita melalui cara yang tidak biasa. Dan kita semua mampu merasakannya, bahwa Allah tengah berbicara dengan kita. Saat ini. Detik ini. Melalui media bernama sakit anak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar